Ngomong aja kok takut...
Selasa, 09 Juni 2009
, Posted by kelurahan-gembirakata at 23.41
Tadi pagi, seorang penduduk kelurahan tetangga mendatangi kantor kami menanyakan ijin untuk pindah rumah. Kami (saya selaku Carik, plus personil tetap kantor kelurahan: Pak Lurah, Ijah the secretary & Solikin the funky OB) pun menerimanya dan memulai sedikit diskusi penting nggak penting. Orang itu meminta identitasnya dirahasiakan. Sebut saja Bunga.
“Ehm.. saya pria pak masak namanya Bunga?”
“Ya udah Sastro aja ya? Lagian salah sendiri minta dirahasiain segala...” Pak Lurah mulai jengkel, campur sama emosi gara-gara Ijah lagi dapet, jadi Pak Lurah nggak dapet jatah minggu ini. (Tenang, saling buka folder skandal di kelurahan ini udah biasa. Ini kelurahan yang transparan kok.)
Sastro, maksudnya tamu yang tadi, memulai keluhannya.
“Bapak-bapak yang terhormat, pekerjaan saya adalah netter sekaligus blogger di kelurahan tetangga tepatnya di perbatasan kabupaten Multiply dan YahooGroup. Saya kok merasa takut setelah Bu Prita, salah satu tetangga saya dibui tanpa melalui sidang beberapa waktu lalu. Apakah di kelurahan ini UU soal pencemaran nama baik juga diberlakukan? Kalau tidak, saya ingin pindah ke sini.“
(Sungguh saya dalam hati kasihan melihat orang ini. Dia nggak tahu kalo UU di sini lebih ketat. Ngomongin soal korupsi saya dan Pak Lurah saja bisa diculik terus disodomi mentah-mentah.)
(Sungguh saya dalam hati kasihan melihat orang ini. Dia nggak tahu kalo UU di sini lebih ketat. Ngomongin soal korupsi saya dan Pak Lurah saja bisa diculik terus disodomi mentah-mentah.)
Anyhow, dengan bekal gelar PhD di bidang peternakan bekicot, Pak Lurah mulai menjelaskan isu di bidang hukum ini. (Lho?)
“Bapak ini pekerjaannya nulis? Ngomong? Lha nulis sama ngomong aja kok takut? Begini pak, “ jelas Pak Lurah sambil mengatur volume dan menambah beberapa lagu di music playernya: Meshuggah & Fell Silent (band opoooo meneeeeh kuwi?). “UU Defamation versus UU Human Rights soal freedom of speech itu sama kuat. The very thin line yang memisahkannya adalah apakah yang kita omongkan itu nyata atau pitenah.“
Suasana hening, sebagian karena kagum bisa-bisanya seorang Pak Lurah desa tertinggal mampu ngomong kayak gitu, sebagian karena nggak ngerti sama sekali apa yang dia omongin, sebagian mengingat-ingat tanggal kadaluwarsa kopi yang barusan disruput Pak Lurah.
“Defamation alias pencemaran nama baik itu ada banyak, 2 yang terbanyak kasusnya adalah libel (written) dan slander (spoken). Nggak pake Trio lho libelnya saya tau kamu mau nyeletuk gitu kan?“ kata Pak Lurah sambil nunjuk hidung Solikin, si OB funky (Solikin pun pura-pura sibuk bersihin meja). “Sebenarnya seseorang akan dituduh demikian jika dan hanya jika hal itu, 1, dipublikasikan, 2, statement yang berupa pitenah alias tidak sesuai kejadian sebenarnya. Nah kalo opini apalagi statement yang benar-benar bisa dibuktikan kebenarannya, sudah pasti TIDAK kena pasal-pasal pencemaran nama baik. Seriously, berapa ribu kali bapak mencoba tempat-tempat kuliner lalu ketika rasanya tidak enak, bapak tanpa sadar bilang ke orang lain: JANGAN MAKAN DI SANA, NGGAK ENAK! ? Trus apa ya bapak dipenjara gara-gara ngomong gitu? Kalo soal kasus Bu Prita, ya biarin aja, toh kemungkinan kejadian lagi sangat kecil, kalo udah diexploit di media, pemerintah pasti malu dan langsung turun tangan kok. Udah sana pulang. Ngomong aja kok takut... “ perintah Pak Lurah sambil senderan di kursi dan memejamkan mata, menirukan gaya mantan pemimpin negeri ini yang dulu pernah jadi satu-satunya pemimpin yang dikira dukun oleh para pemimpin negara Barat.
Memang kasus Prita menurut saya bukan akibat pencemaran nama baik. Masik libel juga enggak masuk stander juga enggak. Wong dia cuma nulis buat dirinya sendiri kok.
Tentang Ambalat, itu harga mati. Walaupun g bisa dengan pesawat pake bambu runcing juga gpp :))
saya ga taku ngomong kok....tapi kadang takut 'diomongin'...hehehe
nanti komen disini masuk bui pula..hehehe
moga kasus ini makin membuka kedok orang-orang yang suka berdagang hukum dan menciduk orang seenaknya.
salam kenal pak lurah..
@seno : setuju mas...kita sehati euy...tentang ambalat...kami kan becanda...masa mau2nya ngasih beneran hehehehe.....
@nurrahmanarif : whahaha kalo itu sih semua orang sama..
@mama hilda : amiiin untuk doanya...salam kenal juga ^_^
berkunjung sor mencari info terupdate
nice blogh
salam kenal yaa....makasih dah mampir...
moga kelurahan gembira kata mau menerima ella ikut nimbrung hoho...
font nya, gede banget, abis di suntik gemuk ya, ixixixixix apa di entup tawon..
kecilin y pak lurah...rasanya ndusel ndusel di mata saya
diriku mau ngasi ambalat, asalkaaaaan, di tukar sama seluruh wilayah malaysia.. ekekekke biar kejepit mereka di tengah2..masuk jadi kabupatennya indonesia
@bunga raya : u're welcome...
@susy ella : ia sama-sama..slm knl juga..
@cebong ipiet: masalah daripada font itu memang akan dibicarakan secepatnya pada rakerdus (rapat kerja dusun) bulan ini jadi terimakasih sudah mengingatkan...jiahahaha malay jadi kabupaten ya? ide bagus tuh...
memang ini masih rancu dan perlu "Judicial Review" sebab dari kasus2 yang muncul seperti inilah membuktikan bahwa si UUITE itu masih belum rampung dan terburu2 dilegalisirnya.. :D
memang ini masih rancu dan perlu "Judicial Review" sebab dari kasus2 yang muncul seperti inilah membuktikan bahwa si UUITE itu masih belum rampung dan terburu2 dilegalisirnya.. :D
Wouuuw.. Blog yang menarik
jadi momok sekarang UU,...
Salam kenal, Pak Carik :-)
@domba garut: betulll terlalu terburu-buru & kejar setoran...slh 1 bukti bahwa yg mengamini uu tersebut adalah mantan2 supir angkot...lho?
@rania : hatur nuhuun neng...
@belajar : betulll...mem...eh momok...hehehe
@khazanaharham : slm kenal juga &
thx atas kunjungannya...