Cicak vs Buaya*
OK, langsung aja ke layar tipi. Program reality show khusus binatang. Seekor buaya dilaporkan menantang duel seekor cicak. Mari kita saksikan cuplikan dialog antara keduanya.
Buaya : Oi cicak, afa makzud ente sok jagoan. Ente fikir ente James Bond hah?
Cicak : Oi buaya darat, gw panggilin Mulan Jameela kabur lu...heheheh
Buaya : Jangan mengalihkan fembicaraan dasar cicak kerjaannya nonton infotainment. Ane marah! Ente sudah berani menyadaf telefon ane. Ane tidak terima...
Cicak : Itu udah jadi tugas gw getoh... gw ditugasi ama pemerintah buat memberantas korupsi. Pake cara apa ya terserah gw...huft...cape dech...
Buaya : Eh nyolot ente...ane masukin bui baru tau...khurangazhar ente.
Cicak : Bukan...yg masuk bui tuh Antasari Azhar bukan Khurangazhar...
Buaya : Bah...habis kesabaran ane... ciaaaat....
Belum sampai adegan berantem muncul, seorang teknisi tipi kabel muncul duluan dari balik pintu.
*) Tulisan ini sama sekali tidak memihak, netral, sumpah, sungguh, kami tidak ada sangkut pautnya dengan KPK atau Polri, apalagi peternak buaya atau cicak.
Cara Cepat Tenar ala Kelurahan Gembirakata
Nah, kalo saya sih kan udah terkenal. Setidaknya situ-situ kan milih saya jadi lurah, otomatis saya terkenal. Nah, yang ini nah yang kedua, karena saya baik, ganteng, beriman dan bernafsu, dibawah ini ada enam kiat jadi kayak saya dalam waktu singkat. Monggo dibaca!
Okeh, gampang kan? Cuma perlu keberanian untuk memilih, cara apapun yang diambil semuanya pasti terkenal. Saya dan pak carik tidak menanggung konsekuensi lainnya. Sekian!
The Mister - season 1
Dengan hormat,
Kami dari Aliansi Production House Peduli Negara ingin menyampaikan sebuah invitation bagi anda untuk program televisi terbaru kami berjudul The Mister. Program ini adalah sebuah reality show yang sangat membangun. Pemilihan pemimpin di negeri ini selalu dilakukan dengan pemilu. Seperti kita tahu, proses dan hasilnya lebih banyak tidak memuaskan (translation : KPU nggak becus, Bawaslu marah-marah, jual beli suara, kampanye saling sikut, sindir2an via iklan, de el el). Dengan cara kami yang cukup ekstrim tapi membuka mata, diharapkan dapat muncul calon-calon pemimpin bangsa. Intinya, reality show terbukti telah menciptakan juara-juara dalam bidang apapun dengan objektif (ehm, dream band mungkin perkecualian jadi jangan dibahas). Pendek kata, kami mengundang kepala kelurahan aktif dan wakil kepala kelurahan aktif Gembirakata untuk berpartisipasi dalam program ini. Terimakasih atas atensi dan dukungannya.
The Mister
Mencari pemimpin tanpa senter.
Gimana reaksi Pak Lurah + Pak Carik? to be continued...
-by Solikin-
OB paling fungkeh se-kantor kelurahan.
Ngomong aja kok takut...
(Sungguh saya dalam hati kasihan melihat orang ini. Dia nggak tahu kalo UU di sini lebih ketat. Ngomongin soal korupsi saya dan Pak Lurah saja bisa diculik terus disodomi mentah-mentah.)
Nonton Bareng
Asalamualaikum Rakyat Kelurahan Gembirakata
Tapi eh tapi, pasti ada yang nanya kenapa kelurahan ini nggak keurus atau kenapa saya sembunyi di bungker dekat septic tank rumah saya yang semerbak itu? Begini ceritanya rakyatku yang baik dan bodoh [ya iyalah kalo pinter pasti pilih lurah yang lain bukan saya, bukan begitu bukan?], masih ingat tulisan review saya yang ciamik nan ngaco atas album terakhir Opeth “watershed”? kalo masih inget, pasti kalian tahu kalo saya ngomong ngaco kalo Opeth tuh kependekkan dari Opeth alatas. Iya, jadi tuh band swedia itu sesungguhnya dan sebenarnya diinspirasi dari salah satu basis negeri ini! Iya, iya saya tahu kalian semua tidak percaya. Yang jelas saya punya bukti kok, lha wong saya punya data kok. 67% sudah pasti statement saya benar [lewat deh si suryo]. Nanti saya beberkan fakta tersebut pas Rian si Jagal membeberkan bukti hubungannya dengan pak carik ,eh salah ILB, [baca; ileb!].
Singkat singkat cerita, aku dan dia jatuh cinta..oopps, ya singkatnya si vokalisnya Opeth geram dan meminta kedutaan besar swedia melakukan konfrontasi dengan kelurahan kita. Eh dilalanya tuh kedutaan langsung aja manut dan nunut pada salah satu warganya; kayaknya pak Mikael tuh nggak pernah nunggak pajak dan bayar listrik jadi apapun yang diminta langsung dikabulkan. Maka diberilah kelurahan ini sepucuk bom atum. Walhasil, hancur lah kelurahan ini. Pemerintahan pun tiarap. Pak carik dan saya tunggang langgang. Pak carik noh lebih parah pas bom atum meledak dia bingung mana yang mau dilindungi pantat ama muka. Soalnya, kata pak carik, dua-duanya aset. Kalo saya yang jadi pak carik pasti saya lari dengan tangan di pantat. Lo kan pak carik mukanya tak seberapa hehehehe…
Kalo pak lurah kemana? Kan saya orang kaya nan sakti jadi langsung saja saya masuk ke Bungker saya. Nah, setelah aman saya memutuskan keluar dan bertemu pak carik yang sudah bermutasi jadi lebih, sedikit [banget] ganteng. Kata dia “pak nggak usah ngomongin yang berat-berat, bikin yang santai aja”. Saya pun menimpali dengan gagah “baik kawanku”. Nah sejak saat itu, kelurahan ini saya bangun lagi. Mungkin jadinya beda. Maklum lurah dan cariknya udah kena pengaruh nuklir ya wajar aja kalo makin nggak waras. Yang jelas kami makin sakti. Limbad mah lewat. Wong saya sekarang bisa membelah agar-agar setebal apapun dengan satu jari. Pak carik lebih edan lagi. Masa sekarang bisa membunuh monster bernama ulat bulu dengan satu kali tebas. Edaannnnnnn!
Udah ah cukup rakyatku..saya tidak bisa lama-lama. Saya mau pergi dulu nganter janda muda ke dokter. Biasalah, mau di visum kali aja bekas siletnya masih keliatan.
Hidup Manohara, eh, Hidup Gembirakata
Tertanda
Lurah Gembirakata
The Hunting Party [2007]
Menurut om Richard Shepard, menyindir tema perang lewat pilem itu begini: Bikinlah tiga karakter wartawan perang dengan spesialisasi berbeda dan bikinlah mereka marah sama si penjahat perang sampai-sampai mereka memburunya bukan untuk reportase atau wawancara tapi buat dibunuh sekalian. “Only the most ridiculous parts of this story are true” Begitu line yang muncul di layar ketika pilem baru aja dimulai. Tapi setelah dipikir-pikir, kata-kata itupun ternyata nyindir juga wong sepanjang pilem menggelikan semua. Nah terus kalo dibilang hanya bagian-bagian menggelikan saja yang benar-benar terjadi, berarti semuanya beneran dong, bukan fiksi. “Betullll,” jawab Pak Lurah pasti, padahal saya nanya ke rakyat bukan ke dia heuheuheu.
Om Shepard sebenernya dapet idenya dari sebuah artikel di majalah Esquire berjudul “What I Did On My Summer Vacation” karya Scott Anderson. Scott adalah veteran perang yang jadi jurnalis. Ia dan dua rekan jurnalisnya berburu cerita di
Hasil wawancara yang saya lakukan via imel sama om Shepard kemaren menunjukkan bahwa dalam pembuatan pilem ini bagian paling sulit adalah menentukan bentuk fisik seorang wartawan perang. Setelah melakukan beberapa observasi dari muka, rambut, cara berbicara, sampe akting nangis, disepakatilah pemeran utamanya Richard Gere dan Terrence Howard. Dari segi pembuatan naskah, om Shepard nggak nemuin kesulitan berarti soalnya artikel mbah Scott Anderson sebenarnya sudah cukup kuat. Dalam artikel itu diceritakan di tengah-tengah perjalanan mereka memburu The Fox, ketiga jurnalis bertemu petugas PBB bernama Boris yang yakin seyakin-yakinnya bahwa mereka adalah CIA yang lagi nyamar. Dari cerita itu dibuatlah sekuen kejar-kejaran ala pilem thriller beraroma joke satire, ditambah sebuah sindiran yang nunjukin kalo di markas PBB itu nggak ada mesin fotokopi. Masak kalah ama kelurahan tertinggal kita ini. Jangankan mesin fotokopi, tukang foto yang ngerangkap tukang kopi aja ada kok di sini. Secara keseluruhan pilem ini cukup menggelitik dan animated banget. Tantangan membuat kisah nyata jadi komedi satire rasanya nggak begitu sulit buat sutradara jenius sekelas om Shepard. Lalu akting Richard Gere dan Terrence Howard juga sedang di kondisi puncak. Liat aja waktu Simon nangis atau waktu Duck lagi berantem sama pacarnya. Mungkin satu-satunya kekurangan pilem ini cuma penggambaran kehidupan kaum muslim di Bosnia yang kurang hidup.
Di akhir pilem masih juga om Shepard sempet mengkritik. Di layar cuma ada background warna item yang tulisannya gini : “...Karadzic, the real man these guys were after, has been on the run for over ten years and published two books and a play...bla bla bla...or maybe international community are just busy “searching” for Osama Bin Laden...” Om Shepard cukup gerah dengan nggak niatnya dunia memburu penjahat perang di Balkan macam Karadzic malah sibuk nyari-nyari Osama. Nggak tau saking bodonya nggak nemu cara apa emang sengaja nggak mau nangkap dengan alasan politis tertentu atau bahkan isu agama. Setelah itu muncul klip lucu yang isinya kurang lebih gini : “Memang pemerintah
ttd,
Pak Carik Gembirakata
The Bank Job [2008]
Malem tadi memang salah satu layar tancep paling ‘ciamik’ yang pernah diputer di kelurahan Gembirakata tercinta. Entah siapa event organizernya lupa saya... si Dadang apa Acep gitu. Oh nggak penting ya huehehe (Pak Lurah nyeletuk di belakang saya barusan). Iya, yang penting sekarang saya mau cerita sedikit soal pilem tadi.
Judulnya The Bank Job, dirilis oleh Lionsgate tanggal 7 Maret silam. Tuh
Bla bla bla singkat kata singkat cerita biar cepet ngetiknya, ketika mereka udah berhasil ngedapetin uang dan perhiasan senilai 3 juta poundsterling ternyata masalah dateng. Dalam brankas itu ternyata ada arsip-arsip penting mulai kasus suap di kepolisian sampe kasus skandal seks putri kerajaan Inggris yang fotonya dijepret sama anggota Black Panther Movement. Kalo nggak salah Black Panther itu organisasi afro-amerika yang awalnya memrotes kekerasan polisi terhadap kulit hitam tapi lama-lama bergeser jadi sosialis dan black nationalism, betul Pak Lurah?? Lho mana dia.. Lhoooo belom jam istirahat kok dah nyelonong ke warung. Kembali ke pilem tadi, kejadian ini bikin para perampok panik karena selain polisi akhirnya banyak orang yang pasti pengen mereka mati gara-gara arsip-arsip pentingnya diambil. Nah gimana kelanjutannya? Nonton aja sendiri nggak seru kalo diceritain semua.
Kalo boleh berkomentar soal pilem ini, yaa ehm..sebagai carik yang muanisss dan melek entertainment [maap Pak Lurah saya jujur lho], saya sangat senang sekali.
Nah itu tadi
Salam Sederhana [bosen... abis Pak Lurah pake sejahtera mulu]
Pak Carik Gembirakata
Opeth - Watershed
Salam sejahtera lagi..
Rakyatku, saya sedih dengan perkembangan musik Indonesia nyata sana. konon katanya musiknya semakin monoton seperti monotonnya tampang Pak Carik [tenang pak ini pujian kok, maksudnya Pak Carik tampangnya ganteng terus jadi ya monoton gitu pak sekali pasang tampang ndeso kayak mas Mudi Keder-rian]. padahal, banyak musisi Indonesia yang melanglang buana. Kalo Kekal dan Discus sih kalian semua tahu kalo mereka adalah karya terbaik anak bangsa, tapi tahukan anda kalau Tool dan Opeth juga band yang memiliki kecintaan tinggi terhadap Indonesia?
Ya, saya tahu situ semua pasti ngakak-ngakak sampe bego di depan layar sana, tapi saya punya alasannya. Pertama, Tool, band progressive metal yang banyak dikagumi mereka yang melek musik, dipimpin orang gila bernama Maynard James Keenan.. Tapi eh tapi, tahukah anda kalau Maynard James Keenan punya satu lagi nama belakang? Namanya adalah Nasution, jadi aslinya Maynard James Keenan Nasution dan beliau adalah keturunan drummer lokal kenamaan Keenan Nasution! Sedangkan untuk Opeth, semua juga tahu band prog metal ini terinspirasi oleh nama basis lokal kenaman Opeth Alatas, tadinya sih mau dipake semua tapi mas Akerfeldt bilang Alatasnya dibuang aja ntar nggak bisa konser di USA sana cuma gara-gara dikira ekstrimis muslim! Hebat kan rasa nasionalisme Opeth? kalo saya jadi presiden maka Opeth udah pasti saya jadiin warga negara Indonesia. Bahkan kalo mas Akerfeldt siap, silahkan jadi Mudin saya [kira-kira mau nggak ya?] Percayalah rakyatku, semua itu benar adanya, lagian ini kan kelurahan saya, ya bebaslah kalo saya mau ngomong apa juga! Camkan itu rakyatku.
Eh tapi, rakyatku yang baik, saya pidato sekarang bukan buat bikin kuliah asal usul Tool dan Opeth. Tapi, pidato saya masih berhubungan band yang saya sebut kedua, Opeth. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena, Opeth punya album baru berjudul “Watershed”..now, i bet that is good news.
Berdasarkan nujum yang saya dapatkan setelah puasa nggak kentut 3 hari dan bertapa di bawah pohon jengkol depan rumah saya, Watershed itu artinya an event or period marking a turning point in a state of affairs [wuihh, ternyata kursus bahasa inggris bersama Bu Zubaedah sudah membuahkan hasil]. Jadi ya, kalo kata saya sih, dari awal Opeth udah bikin statement bahwa album ini bakal beda dengan album yang lain. Dan setelah saya dengarkan, memang begitu adanya.
Album ini dimulai degan sebuah lagu akustik pendek yang memamerkan baluran vokal mas Akerfeldt yang menawan seperti kumisnya yang selalu manis. Dari sini pun semuanya sudah jelas, sebab setahu saya Opeth tidak pernah membuka albumnya dengan lagu beraroma akustik kecuali di album Damnation. Malah, di lagu ini saya mendengar suara perempuan yang menawan, yes this must be a new path of Opeth. Dan rakyatku, lagu kedua album ini menunjukkan segalanya.
Behold this is the new path of Opeth, percaya atau tidak Opeth melambat di album ini. Safe to say, opeth sedikit bergeser dari progressive death metal menjadi progressive doom death metal dengan emphasis terbesar pada adjektiva doom! Ya saya nggk tahu kenapa opeth jadi melambat. Tapi mungkin juga gara mas Akerfeldt lupa cukur kumis jadi keberatan kumis!!! Ironisnya, walaupun Opeth cenderung melambat, album ini justru menyuguhkan beberapa salah satu vocal delivery paling ferocious dari mas Akerfeldt, dengarkan saja Heir Apparent dan The Lotus Eater. Belum lagi, album ini juga menyuguhkan one of the most aggressive drumming by Opeth, pasang telinga dengan baik di awal lagu The Lotus Eater, anda pasti mengerti maksud saya.
Ok, jika ide Opeth untuk melambatkan musik mereka adalah ide yang konyol. Setidaknya, ide untuk melebarkan musik mereka dengan mengait seorang pemain keyboard di album ini mungkin salah satu ide mereka yang paling mutakhir. Buktinya, penambahan satu musisi ini justru signifikan karena berhasil menciptakan ambient yang baik di berbagai part akustik [yang banyak banget di album ini], nuansa space rock di lagu Heir Apparent atau danceable part di lagu The Lotus Eater [saya jadi inget masa kecil saya waktu panen padi di sawah sambil dengerin Edge Of Sanity]. Bahkan, sang keyboardist bisa menyuguhkan nostalgia prog rock 70an di lagu Burden. Bisa jadi, ini highlight album ini.
Singkatnya [iya kalo nggk singkat saya bisa pingsan, situ enak tinggal ngangguk-ngangguk doang], Watershed itu sama saja dengan Blackwater Park. Bukan sama musiknya, tapi sama fungsinya sebagai penanda. Blackwater Park adalah penanda berakhirnya era lama Opeth sedangkan Watershed menandai menguatnya pengaruh doom pada Opeth.
Rakyatku, gila juga rasanya jadi orang waras. Liat aja pilihan kata saya selama beberapa paragrap kayak GBHN pokokna Geuleuh lah. Nah sekarang saatnya saya jadi orang gila lagi…
Jadi, situ pulang aja sana, saya mau indehoy ama Ijah dulu sambil nonton Jalan Makin Membara, pilemnya Dede Yusup yang lama gitu hehehehehe..
Awas sia tong ngintip..bisi dikutuk jadi kadal ompong ku Ki Gendeng Bodo.
Wassalam
Pak Lurah Gembirakata
Cryptopsy - The Unspoken King
Salam sejahtera!
Saya tahu sudah lama saya bersembunyi di dalam kantor saya yang dingin dengan ACnya dan hangat dengan senyuman Ijah yang tentunya selalu hangat dan ndemplon yeah..
Begini rakyatku, saya yakin Pak Carik sudah komat-kamit di depan bale desa sekarang karena saya belum ngirim review buat edisi perdana kelurahan kita, Gembirakata tercinta hahahaha [rasain lu Pa Carik suruh siapa jadi tukang jaga malem kelurahan]. Tapi tenang, saya lurah bukan sembarang lurah, saya lurah terganteng dan baik hati selalu mencintai Ijah eh maksud saya selalu menempati janji saya. Ini review perdana saya. Nggak tanggung-tanggung yang di review adalah band Kanada yang drummernya masih keturunan Indonesia, Cryptopsy..pasti ada yang ada yang ngira saya gila! Tapi kan nama drummernya kan Flo Mounier, nah ini satu-satunya Munir yang selamet gara-gara pindah ke Kanada kalo nggak ya dicekokin racun terus modar di atas pesawat terbang!
Jadi begini rakyatku, album Cryptopsy yang baru memang jadi kontroversi nomor wahid beberapa bulan yang lalu. Masalahnya adalah adanya deviasi yang cukup signifikan dalam album tersebut. Kan biasa tuh kalo ada ada band yang agak geser jenis musiknya biasa langsung dikutuk jadi kodok ama penggemar setianya. Udah banyak contohnya, Metallica misalnya album terakhir sukses dihina orang, begitu juga ketika Queensryche bikin album Promised Land, banyak penggemarnya langsung melengos. Oh ya! Pak Carik juga dikatain kodok sungsang gara-gara nyuruh ibu-ibu PKK split pas mimpin senam Jumat. Nah, sekarang giliran Cryptopsy yang kena cemooh gara-gara musiknya sekarang rada trendy katanya.
Apa maksudnya trendy? Mungkin banyak bertanya begitu, jadi begini rakyatku album Cryptopsy jujur saja terdengar deathcorish. By saying that though, I am not implying that the bend is now selling out. Justru saya mencoba membuka wacana bahwa sesungguhnya tidak ada deviasi yang begitu drastis dalam album ini kecuali memang ada unsur deathcore dalam musik mereka [well, deathcore is not bad as you all might think].
Begini rakyatku, beberapa reviewer lain mengatakan bahwa Cryptopsy menjual diri dengan dalam album barunya dengan memasukkan breakdown khas deathcore, clean singing, jazzy breakdown, jazzoid solo [yang ini kata reviwer di metalstorm rakyatku] dan bahkan keyboard. Tapi sorry bagi saya, Cryptopsy hanya melakukan sedikit deviasi saja, memang musiknya terdengar lebih deathcore atau trendy [no offence ya mas Mounier], apa yang dilakukan di sini cuma sedikit mutasi dari apa yang dilakukan mereka sebelumnya.
Bagi yang protes atas banyaknya jazzy part di album ini, saya rasa protes itu tidak berdasar karena memang Cryptopsy sudah ngejazz dari jaman dulu kala masih ingat slap bass menawan di album And Then You’ll Beg, begitu juga tentang jazzy breakdown di banyak lagu ini, bukankan di album Once Was Not banyak break yang jazzy. Jadi ya kalo mas Mounier dan kawan-kawan mau nambah part kayak gitu, saya rasa itu sah-sah saja. Malah saya senang part-part jazzy dengan background spacey [thanks to the new keyboardist, not and additional this time]
Sekarang buat mereka protes gara-gara clean singing, bukankah Lordworm juga memamerkan pesona clean singingnya dalam lagu Pestilence that Walketh the Earth di album Once Was Not? Mungkin masalahnya bukan porsi clean singingnya tapi kualitas clean singingnya, Lordworm memang “bernyanyi” [sebab biasanya beliau lebih banyak kumur-kumur daripada nyanyi,iya kan Pak Carik?] di lagu yang saya sebutkan diatas. Namun, beliau nyanyinya terdengar lebih seram saja. Nah, si vokalis baru Cryptopsy sebenarnya punya vocal cukup lumayan [mirip vocal Mark DiVaio] sayangnya his clean singing is too whiny and surely leaves too much to be desired. Bagi saya, inilah salah satu faktor, selain sedikit deviasi dalam musik Cryptopsy, yang membuat album ini terdengar too trendy.
Selebihnya, Cryptopsy masih sama masih tetap sama kayak dulu seperti pak carik masih suka bangun siang dan Ki Gendeng Bodo yang masih suka dikerjaain [padahal tugas aslinya ngerjain orang, Ironis!]. Flo Mounier misalnya masih gila di belakang drum kit walaupun ya bisa dibilang he slows down a bit this time. Jauh didalam sana, Flo Mounier dkk masih brutal, chaotic dan tentunya masih technical. Nah kalo yang masalah teknis kaya gini saya nggak bisa jelasin soalnya saya cuma Pak Lurah desa tertinggal, mendingan tanya aja sama staff saya Mudi Keder-rian, saya jamin situ bingung, staff saya juga bingung!
Jadi intinya, buka sedikit otak anda untuk menikmati album ini! Semoga berhasil rakyatku...
Tertanda