Selamat datang di wilayah Kelurahan Gembirakata, kelurahan paling tertinggal se-kabupaten Blogspot. Berikut ini adalah beberapa pidato, sambutan, hasil rapat, liputan, curhat, corat-coret, gosip, isu, dan tulisan-tulisan meresahkan lainnya hasil karya para staf kami. Rakyatku tercinta, silahkan menikmati situs tidak penting ini dan jangan lupa menyediakan cukup air minum sekiranya keselek gara-gara tulisan-tulisan kami yang terlalu pedas. Monggo...

Cryptopsy - The Unspoken King

Jumat, 02 Mei 2008 , Posted by kelurahan-gembirakata at 08.09



Salam sejahtera!

Saya tahu sudah lama saya bersembunyi di dalam kantor saya yang dingin dengan ACnya dan hangat dengan senyuman Ijah yang tentunya selalu hangat dan ndemplon yeah..

Begini rakyatku, saya yakin Pak Carik sudah komat-kamit di depan bale desa sekarang karena saya belum ngirim review buat edisi perdana kelurahan kita, Gembirakata tercinta hahahaha [rasain lu Pa Carik suruh siapa jadi tukang jaga malem kelurahan]. Tapi tenang, saya lurah bukan sembarang lurah, saya lurah terganteng dan baik hati selalu mencintai Ijah eh maksud saya selalu menempati janji saya. Ini review perdana saya. Nggak tanggung-tanggung yang di review adalah band Kanada yang drummernya masih keturunan Indonesia, Cryptopsy..pasti ada yang ada yang ngira saya gila! Tapi kan nama drummernya kan Flo Mounier, nah ini satu-satunya Munir yang selamet gara-gara pindah ke Kanada kalo nggak ya dicekokin racun terus modar di atas pesawat terbang!

Jadi begini rakyatku, album Cryptopsy yang baru memang jadi kontroversi nomor wahid beberapa bulan yang lalu. Masalahnya adalah adanya deviasi yang cukup signifikan dalam album tersebut. Kan biasa tuh kalo ada ada band yang agak geser jenis musiknya biasa langsung dikutuk jadi kodok ama penggemar setianya. Udah banyak contohnya, Metallica misalnya album terakhir sukses dihina orang, begitu juga ketika Queensryche bikin album Promised Land, banyak penggemarnya langsung melengos. Oh ya! Pak Carik juga dikatain kodok sungsang gara-gara nyuruh ibu-ibu PKK split pas mimpin senam Jumat. Nah, sekarang giliran Cryptopsy yang kena cemooh gara-gara musiknya sekarang rada trendy katanya.

Apa maksudnya trendy? Mungkin banyak bertanya begitu, jadi begini rakyatku album Cryptopsy jujur saja terdengar deathcorish. By saying that though, I am not implying that the bend is now selling out. Justru saya mencoba membuka wacana bahwa sesungguhnya tidak ada deviasi yang begitu drastis dalam album ini kecuali memang ada unsur deathcore dalam musik mereka [well, deathcore is not bad as you all might think].

Begini rakyatku, beberapa reviewer lain mengatakan bahwa Cryptopsy menjual diri dengan dalam album barunya dengan memasukkan breakdown khas deathcore, clean singing, jazzy breakdown, jazzoid solo [yang ini kata reviwer di metalstorm rakyatku] dan bahkan keyboard. Tapi sorry bagi saya, Cryptopsy hanya melakukan sedikit deviasi saja, memang musiknya terdengar lebih deathcore atau trendy [no offence ya mas Mounier], apa yang dilakukan di sini cuma sedikit mutasi dari apa yang dilakukan mereka sebelumnya.

Bagi yang protes atas banyaknya jazzy part di album ini, saya rasa protes itu tidak berdasar karena memang Cryptopsy sudah ngejazz dari jaman dulu kala masih ingat slap bass menawan di album And Then You’ll Beg, begitu juga tentang jazzy breakdown di banyak lagu ini, bukankan di album Once Was Not banyak break yang jazzy. Jadi ya kalo mas Mounier dan kawan-kawan mau nambah part kayak gitu, saya rasa itu sah-sah saja. Malah saya senang part-part jazzy dengan background spacey [thanks to the new keyboardist, not and additional this time]

Sekarang buat mereka protes gara-gara clean singing, bukankah Lordworm juga memamerkan pesona clean singingnya dalam lagu Pestilence that Walketh the Earth di album Once Was Not? Mungkin masalahnya bukan porsi clean singingnya tapi kualitas clean singingnya, Lordworm memang “bernyanyi” [sebab biasanya beliau lebih banyak kumur-kumur daripada nyanyi,iya kan Pak Carik?] di lagu yang saya sebutkan diatas. Namun, beliau nyanyinya terdengar lebih seram saja. Nah, si vokalis baru Cryptopsy sebenarnya punya vocal cukup lumayan [mirip vocal Mark DiVaio] sayangnya his clean singing is too whiny and surely leaves too much to be desired. Bagi saya, inilah salah satu faktor, selain sedikit deviasi dalam musik Cryptopsy, yang membuat album ini terdengar too trendy.

Selebihnya, Cryptopsy masih sama masih tetap sama kayak dulu seperti pak carik masih suka bangun siang dan Ki Gendeng Bodo yang masih suka dikerjaain [padahal tugas aslinya ngerjain orang, Ironis!]. Flo Mounier misalnya masih gila di belakang drum kit walaupun ya bisa dibilang he slows down a bit this time. Jauh didalam sana, Flo Mounier dkk masih brutal, chaotic dan tentunya masih technical. Nah kalo yang masalah teknis kaya gini saya nggak bisa jelasin soalnya saya cuma Pak Lurah desa tertinggal, mendingan tanya aja sama staff saya Mudi Keder-rian, saya jamin situ bingung, staff saya juga bingung!

Jadi intinya, buka sedikit otak anda untuk menikmati album ini! Semoga berhasil rakyatku...



Tertanda



Pak Lurah Gembirakata

Currently have 0 komentar: