Selamat datang di wilayah Kelurahan Gembirakata, kelurahan paling tertinggal se-kabupaten Blogspot. Berikut ini adalah beberapa pidato, sambutan, hasil rapat, liputan, curhat, corat-coret, gosip, isu, dan tulisan-tulisan meresahkan lainnya hasil karya para staf kami. Rakyatku tercinta, silahkan menikmati situs tidak penting ini dan jangan lupa menyediakan cukup air minum sekiranya keselek gara-gara tulisan-tulisan kami yang terlalu pedas. Monggo...

The Bank Job [2008]

Jumat, 02 Mei 2008 , Posted by kelurahan-gembirakata at 09.15




Malem tadi memang salah satu layar tancep paling ‘ciamik’ yang pernah diputer di kelurahan Gembirakata tercinta. Entah siapa event organizernya lupa saya... si Dadang apa Acep gitu. Oh nggak penting ya huehehe (Pak Lurah nyeletuk di belakang saya barusan). Iya, yang penting sekarang saya mau cerita sedikit soal pilem tadi.

Judulnya The Bank Job, dirilis oleh Lionsgate tanggal 7 Maret silam. Tuh kan Pak Lurah protes lagi, jangan pake kata ‘silam’ katrok katanya. Ya udah, dirilis tanggal 7 Maret 2008 (puas?). Plotnya didasari dari sebuah true story kasus perampokan bank di Inggris tahun 1971. Seorang pekerja stasiun radio secara nggak sengaja menangkap frekuensi walkie talkie yang isinya pembicaraan para perampok ketika mereka lagi beroperasi. Dari plot ini, om Roger Donaldson, sang sutradara mengembangkannya jadi agak rumit. Tokoh utama bernama Terry (diperanin Jason Statham) diplot sebagai mantan penjahat yang udah insaf dan menjalankan bisnis jualan mobil bekas. Tapi gara-gara banyak utang, tawaran duit panas terpaksa ia ambil lagi (nggak nyindir kasus suap DPR baru-baru ini lho..sumpah!). Tawaran yang dateng dari temen wanitanya Martine (Saffron Burrows) itu berisi rencana ngebobol brankas-brankas orang kaya di bank Lloyd di Baker Street, London.

Bla bla bla singkat kata singkat cerita biar cepet ngetiknya, ketika mereka udah berhasil ngedapetin uang dan perhiasan senilai 3 juta poundsterling ternyata masalah dateng. Dalam brankas itu ternyata ada arsip-arsip penting mulai kasus suap di kepolisian sampe kasus skandal seks putri kerajaan Inggris yang fotonya dijepret sama anggota Black Panther Movement. Kalo nggak salah Black Panther itu organisasi afro-amerika yang awalnya memrotes kekerasan polisi terhadap kulit hitam tapi lama-lama bergeser jadi sosialis dan black nationalism, betul Pak Lurah?? Lho mana dia.. Lhoooo belom jam istirahat kok dah nyelonong ke warung. Kembali ke pilem tadi, kejadian ini bikin para perampok panik karena selain polisi akhirnya banyak orang yang pasti pengen mereka mati gara-gara arsip-arsip pentingnya diambil. Nah gimana kelanjutannya? Nonton aja sendiri nggak seru kalo diceritain semua.

Kalo boleh berkomentar soal pilem ini, yaa ehm..sebagai carik yang muanisss dan melek entertainment [maap Pak Lurah saya jujur lho], saya sangat senang sekali. Ada beberapa hal unik yang bikin pilem ini cukup menarik untuk direview. Pertama pilem ini mendobrak kecenderungan pilem tentang rampok-rampokan yang selama ini selalu mengumbar teknologi canggih. Sebutlah Entrapment, The Italian Job, James Bond... dsb. Pilem The Bank Job ini menawarkan sesuatu yang lain. Para perampok emang bener-bener bukan orang-orang jenius. Mereka ngelakuinnya cuma dengan bor, sekop, bikin terowongan dari basement sebuah bangunan di sebelah bank. Om Roger Donaldson mungkin mencoba membuka mata kita bahwa nggak semua perampokan besar itu pake teknologi canggih. Bukan gara-gara settingnya tahun 1971 trus belom ada laser-laseran, tapi lebih didasari komitmen para perampoknya yang sangat tinggi. Yang kedua, di film ini Jason Statham yang biasanya dipercaya memerankan tokoh dingin dan kejam semacam di Transporter atau Crank malah dikasting jadi pemeran utama yang walaupun penjahat tapi culun. Bahkan publik - yang sudah terlanjur dicekoki pandangan bahwa Jason adalah bintang pilem action kelas D - sempat protes ketika daftar kasting untuk pilem ini diumumkan sesaat sebelum pilem diproduksi. Tapi sekarang om Jason bisa ngebuktiin, dia bukan seperti itu dan yang lebih penting, cap bahwa dia cuma bisa maenin tokoh pembunuh berdarah dingin udah ilang.

Nah itu tadi kan bagus-bagusnya. Pilem ini ada juga kekurangannya. “Iyalah , tak ada gading yang tak retak Pak Carik,” tiba-tiba terdengar suara Pak Lurah. Maap rakyatku, memang akhir-akhir ini Pak Lurah suka nggak jelas. Mungkin karena terlalu sering nonton berita tentang Mulan Jameela, beras, BBM, KPK, DPR, dan bla bla bla lainnya tentang keadaan negara yang kacau. Udah ah kembali ke pilem. Nah kekurangannya bisa dilihat di terlalu banyaknya karakter dan subplot buat ngebangun konflik. Mungkin sah-sah saja kalo nggak sampai dipaksakan. Tapi ada satu yang mengundang pertanyaan yaitu subplot tentang penulis buku bernama Jamal yang menghubungkan cerita ke subplot Michael X (Peter De Jersey). Di sini Michael X dikisahkan sebagai salah satu pemimpin Black Panther Movement tapi dengan berbagai kasus narkotika dan pembunuhan. Apakah ada faktor kesengajaan sang sutradara yang mungkin ingin menyindir kasus Malcolm X dan mendiskreditkan salah satu agama? Nobody knows. Lalu ada satu lagi. Pilem ini terkesan minim dalam budget, terbukti dari beberapa properti yang tulisannya pake font 1990an, padahal settingnya 1970an. Lalu dari sisi score film, hanya memakai suara drone synthesizer dan beberapa suara perkusif yang kesannya monoton sekali. Apakah dana mereka terlalu sedikit untuk bikin score yang mencirikan musik 1970an?


Salam Sederhana [bosen... abis Pak Lurah pake sejahtera mulu]


Pak Carik Gembirakata

Currently have 0 komentar: